Rabu, 23 September 2020

TENTARA HATI

Tentara Hati


Pasukan Tentara Hati

Allah SWT. Berfirman, “Tak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia (Allah) sendiri.” [QS Al-Muddatstsir, 74: 31]. Berdasarkan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah SWT mempunyai, dalam hati dan ruh makhluk-Nya serta dalam alam-alam-Nya yang lain, ‘tentara’ yang terhimpun, tak siapa pun selain Allah sendiri mengetahui hakikatnya maupun rincian jumlahnya. Adapun kini, kami hanya ingin menyebutkan secara singkat, tentang sebagian dari tentara hati. Sebab itulah yang berkaitan dengan tujuan kita.

Hati (atau kalbu) mempunyai dua macam tentara: pertama, yang dapat dilihat dengan mata kepala, dan yang kedua, tidak dapat dilihat kecuali dengan mata hati. Dalam hal ini, hati seolah-olah sebagai panglima, sedangkan tentaranya sebagai para pelayan dan pembantu. Itulah yang dimaksud dengan ‘pasukan tentara hati’.

Tentara hati yang dapat dilihat dengan mata kepala adalah tangan, kaki, mata, telinga, lidah dan semua anggota tubuh, yang tampak diluar maupun yang berada di dalam tubuh. Semua itu bertugas melayani hati dan diciptakan untuk mengikuti perintahnya. Maka hati berkuasa penuh atasnya serta mengendalikannya sesuai keinginannya. Dan semua itu memang diciptakan untuk senantiasa tunduk patuh kepada hati, tak mungkin melawan atau pun memberontak terhadapnya.

Apabila hati memerintahkan mata agar terbuka, ia pun terbuka. Dan apabila hati memerintahkan hati agar bergerak, maka ia pun bergerak. Dan apabila hati memerintahkan lidah untuk berbicara seraya menegaskan perintahnya itu, maka lidah pun akan berbicara. Demikian pula anggota tubuh yang yang lain. Maka pada suatu sisi ketundukan semua anggota tubuh dan indera kepada hati, mirip dengan ketundukan para malaikat keda Allah SWT. Sebab, semua malaikat pun memang diciptakan untuk tunduk patuh, takkan mungkin mereka bersikap berlawanan dengan Allah SWT.

dan takkan mungkin mereka membangkang terhadap apa saja yang diperintahkan Allah SWT. Tugas mereka satu-satunya hanyalah melaksanakan apa saja perintah Allah kepada mereka. Hanya saja ada perbedaan antara sifat ketaatan malaikat dan ketaatan anggota tubuh. Para malaikat itu sadar sepenuhnya akan ketundukan dan ketaatannya, sementara bulu mata, misalnya, mematuhi hati dalam hal terbuka atau tertutupnya secara otomatis, tanpa menyadari keberadaannya sendiri ataupun kepatuhannya kepada hati.

Adapun kebutuhan hati kepada tentaranya ini, sama seperti kebutuhannya kepada kendaraan dan bekal untuk ‘perjalanannya’ yang memang untuk itu ia diciptakan. Yakni perjalanan menuju Allah SWT., melewati bermacam-macam terminal, untuk berjumpa dengan Nya. Untuk itulah hati (kalbu) diciptakan. “Dan tiadalah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengabdi kepada Ku.” [QS adz-Dzairat, 51]:56].

Adapun kendaraan hati adalah tubuhya; dan bekalnya adalah ilmu. Sedangkan sarana yang dapat menyampaikannya kepada bekalnya itu serta pemanfaatannya, adalah amal salehnya semata-mata.

Dalam kenyataannya, seorang hamba takkan mungkin sampai kepada Allah SWT. sebelum tubuhnya diam (mati) tak bergerak lagi, dan sebelum ia melewati (kehidupan) dunia ini. Ini mengingat bahwa ia harus terlebih dahulu melewati tempat perhentiannya yang terdekat, sebelum sampai keperhentiannya yang terjauh (yakni akhirat). Sebab, dunia ini adalah ladang akhirat. Dan ia juga adalah sebuah terminal (atau tempat perhatian) hidayah. Dinamakan ’dunia’ (dari kata bahasa Arab dun-ya) yang berarti terdekat; yakni terminal yang tetrdekat diantara dua terminal.

Maka hati manusia terpaksa mengambil bekal dari alam (dunia) ini,mengingat bahwa tubuh adalah kendaraan yang akan mengantarkannya ke alam yang lain. Untuk itu, ia perlu menjaga kesehataan tubuh, dengan (1) menyediakan makanan yang cocok baginya, dan (2) menjauhkannya dari penyakit-penyakit yang akan menyebabkan kebinasaannya.

Dengan demikian, untuk menyediakan makanan seperti itu, ia memerlukan dua jenis tentara: (1) yang batiniah, yaitu syahwat, (ambiisi, hasrat, selera makan, nafsu birahi dan sebagainya. Dan (2) yang lahiriah, yaitu tangan serta anggota-anggota tubuh lainnya nyang mampu mendatangkan makanan (dan berbagai kebutuhan lain). Maka diciptakanlah pelbagai macam syahwat yang diperlukan dalam hati dan diciptakanlah pula anggota-anggota tubuh yang merupakan alat bagi pemenuhan syahwat-nya itu.

Adapun untuk berhasil membela diri melawan berbagai penyebab kebinasaannya, hati memerlukan dua jenis pasukan tentara (1) tentara batiniah, yaitu ghadab (amarah atau emosi) yang dengannya ia akan mampu menolak pelbagai bahaya yang dapat membinasakan dirinya, dan melakukan pembalasan terhadap musuh-musuhnya. Dan (2) tentara lahiriah, yaitu anggota tubuh, seperti tangan dan kaki yang dengannya ia dapat brtindak berdasarkan sifat ghadab (tau emosi) yang dimilikinya. Semuanya itu terjadi diluar upaya sendir, sehingga angota-anggota tubhnya menjadi semacam senjata atau peralatan lain yang diperlukannya.

Disamping itu, seorang yang memerlukan makanan, tidak akan memperoleh sesuatu dari sekedar keinginananya untuk makan, sepanjang ia belum mengetahui tentang makanannya itu. Maka untuk itu ia membutuhkan dua jenis lagi tentara: (1) tentara batiniah, yaitu indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan perasaan. Dan (2) tentara lahiriah, yaitu mata, telinga, hidung dan sebagainya.

Beberapa Jenis Tentara Hati

Keseluruhan tentara hati tercakup dalam tiga jenis: Pertama, yang berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong, baik untuk mendatangkan sesuatu yang bermanfaat dan cocok baginya, seperti halnya naluri syahwat (ambisi, hasrat dan sebagainya), ataupun untuk menolak sesuatu yang bermudarat dan merugikan, seperti halnya naluri ghadab (emosi atau amarah). Pendorong seperti ini adakalanya juga disebut: ‘keinginan’ atau ‘kehendak’ (iradah).

Kedua, yang berfungsi sebagai penggerak anggota tubuh demi mencapai pelbagai tujuan. Penggerak seperti ini, adakalanya disebut qudrah (kemampuan); tersebar diseluruh tubuh, terutama dalam otot-otot dan urat-urat.

Ketiga, yang berfungsi sebagai instrument yang mencerap (atau yang berpersepsi) dan mencari tahu tentang segala sesuatunya, seperti yang dilakukan oleh seorang mata-mata. Yaitu, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan alat perasa, yang kesemuanya tersebar diberbagai anggota tubuh tertentu. Karenanya, semua itu disebut instrument pengetahuan dan pencerapan.

Dan bersama setiap ‘tentara hati’ yang berada dalam batin manusia, ada pula tentara jasmani, berupa organ tubuh yang terdiri atas lemak, daging, urat, darah dan tulang, yang kesemuanya itu memang dipersiapkan sebagai perlengkapan bagi semua pasukan tentara tersebut. Daya untuk daya untuk memegang berada pada jemari tangan, dan daya penglihatan berada pada mata, dan begitulah seterusnya. Namun kita sekarang tidak berbicara akan hal itu, karena itu adalah termasuk bagian dari alam nyata tidak kasat mata. Sementara yang akan kita bahas adalah tentang tentarab ‘batiniah’ yang tidak tampak bagi manusia.

Jenis ketiga yang berupa instrument pengetahuan dan pencerapan terbagi lagi menjadi dua bagian. Pertama, yang diletakan pada bagian luar tubuh, seperti kelima anggota tubuh yang masing-masing untuk pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan alat perasa. Dan kedua, yang diletakan dibagian dalam tubuh, atau yang biasa disebut rongga-rongga otak yang semuanya juga berjumlah lima. Setiap kali seseorang melihat suatu benda lalu memejamkan kedua matanya, ia akan melihat bentuk benda tersebut didalam benaknya. Yaitu yang disebut khayal (imajinasi).

Kemudian bentuk itu tetap ada padanya melalui sesuatu yang kita sebut sebagai tentara ‘penghafal’ (yakni daya ingat). Setelah itu ia akan memikirkan tentang apa yang telah diingatnya itu, dengan menghubungkan bagian yang satu dengan yang lainnya. Kemudian ia akan teringat kembali kepada apa yang pernah dilupakannya, dan menghimpun kembali dalam khayalnya seluruh makna yang berkaitan dengan benda-benda yang telah dikenalnya, dengan menggunakan al-hiss al-musytarak (common sense, dalam arti indera gabungan).

Dan seandainya Allah SWT tidak menciptakan daya hafal, daya pikir, daya ingat dan daya khayal, niscaya rongga-rongga otak akan kosong dari semua itu, sebagaimana halnya tangan dan kaki. Jelaslah bahwa semua jenis daya tersebut adalah termasuk ‘tentara batiniah’ yang berada ditempat-tempat batiniah pula

Jumat, 11 September 2020

SYARAT PERNIKAHAN DALAM ISLAM (MAHKOTA PENGANTIN)

Syarat Pernikahan dalam Islam

Mengapa kita perlu menikah
menikah merupakan sunah para Rasul

Jika anda ingin menikah dalam waktu dekat ini anda juga harus mengetahui beberapa syarat menikah agar anda jauh lebih paham bagaimana pelaksanaan pernikahan, walaupun mungkin anda sudah banyak dibimbing oleh kedua orang tua anda ataupun orang lain yang menuntun anda apa yang harus anda lakukan waktu pernikahan nanti namun kalau anda belum paham pastinya anda akan merasa ragu dan bertanya-tanya dalam hati anda

Syarat Menikah

Dan kalau anda sekarang ini masih belum mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan untuk menikah menurut rukun nikah di ajaran islam , anda bisa membaca berbagai persyaratan yang harus anda penuhi dibawah ini Syarat Sah Menikah

Syarat Nikah Untuk Mempelai Pria


Memeluk agama islam 
Laki-laki yang tertentu 
Bukan Lelaki Mahram Dengan Calon Isti ( masih saudara kandung ) 
Calon mempelai Pria Mengatahui Wali nikah asli yang akan menjadi wali di pernikahan 
Tidak dalam Ihram umrah atau haji 
Menikah dengan kerelaan/kemauan sendiri bukan dengan paksaan 
Tidak memiliki 4 (empat) orang istri pada waktu menikah 
Mengetahui perempuan yang akan dijadikan dinikahi dan dijadikan istri 

Syarat Untuk Mempelai Wanita


Memeluk agama islam 
Wanita yang tertentu 
Bukan wanita mahram dengan calon suami (saudara kandung calon suami) 
Wanita bukan seorang kuntsa ( menyukai sesama jenis ) 
Tidak dalam Ihram umrah atau haji 
Calon mempelai wanita tidak boleh didalam Iddah 
Tidak berposisi sebagai istri orang 

Syarat Wali Nikah


Beragama islam (bukanlah seoarnag yang kafir ) 
Wali Nikah laki-laki bukan wanita 
Sudah Baligh 
Tidak Gila atau cacat fikiran, sudah terlalu tua sehingga sulit berfikir 
Sudah Merdeka 

Syarat Saksi Nikah


Saksi harus berjumlah sekurang-kurangnya 2 (dua) orang 
Memeluk Ajaran Agama Islam 
Memiliki Akal Yang Sehat 
Sudah Baligh 
Berjenis Kelamin Laki-laki 
Sudah memahami sepenuhnya kandungan yang ada dalam Ijab dan juga Qobul 
Saksi Harus bisa melihat, berbicara, dan juga mendengar 
Adil ( Bukanlah orang yang melakukan dosa besar dan juga melakukan berbagai macam dosa kecil) 
Sudah Merdeka 

Syarat Ijab Nikah


Pernikahan Yang akan dilakukan ini harus pernikahan yang tepat 
Tidak boleh merubah atau menggunakan perkataan yang dikarang sendiri 
Ijab harus diucapkan oleh wali atau wakil yang ada dalam pernikahan 
Ijab tidak boleh diikatkan dalam jangka waktu tertentu atau nikah kontrak ( contoh pernikahan ini sah dalam jangka waktu sekian sekian ) 
Ijab Tidak boleh memiliki persyaratan ketika ijab ini di lafazkan 

Syarat Qobul


Perkataan Qobul haruslah sesuai dengan ucapan ijab 
Tidak mengandung kata-kata sindiran 
Diucapkan oleh calon suami atau wakilnya ( jika benar-benar calon suami tidak bisa berbicara atau yang lain ) 
Tidak Dikaitkan dalam waktu tertentu atau nikah kontrak (mutaah) 
Tidak memiliki persyaratan pada saat Qobul diucapkan 
Harus Menyebutkan Nama Calon istinya

Syarat Nikah adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh anda semua yang akan menikah , pastinya anda tidak mau pernikahan anda menjadi zina atau dosa karena kesalahan yang anda lakukan pada saat anda melangsungkan pernikahan, karena sesungguhnya pernikahan akan menjadi penyempurna agama islam

Senin, 31 Agustus 2020

RAHASIA KE AJAIBAN HATI


😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊

KEAJAIBAN HATI

Sahabat sekalaian ketahuilah bahwa :

“sesungguhnya manusia itu siap untuk mengenal Allah, dengan hatinya, bukan dengan angota-angota tubuh yang lain”.

Maka hatilah yang mengenal Allah dan hati pula yang mendekatkan diri kepada-Nya, hati yang beramal untuk-Nya, hati yang berusaha menuju kepada-Nya, dan hati pula yang menyingkapkan tabir penghalang terhadap sesuatu yang ada pada sisi-Nya. Sedangkan angota-anggota tubuh yang lain hanyalah menjadi pengikut atau pengiring, pelayan dan sebagai alat-alat pengkhidmatan kepada-Nya.

Dan hati mempergunakan angota-angota itu seperti raja mempergunakan hamba sahaya, dan laksana gembala mempergunakan ternaknya, dan seperti tukang atau pengrajin mempergunakan perkakasnya.

Hati diterima di sisi Allah, apabila ia selamat dan bersih dari selain Allah dan ia terdinding dari Allah, apabila ia tenggelam dalam selain Allah. Hatilah yang dituntut, hatilah yang diajak bicara, hatilah yang dimurkai. Dan hati pulalah yang merasakan bahagia dekat dengan Allah.

Maka beruntunglah manusia apabila ia dapat membersihkan hatinya. Dan hati itu pula mengalahkan dan mencelakakannya apabila ia mengotori dan menodainya. Pada hakikatnya hatilah yang taat kepada Allah, sedang ibadat yang dilakukan angota-angota badan adalah cahayanya.

Hati pula yang durhaka dan melawan Allah, sedangkan kejahatan yang dilakukannya yang mengalir keseluruh anggota badan adalah merupakan bekas-bekasnya.

Dengan gelap dan terangnya hati, nyatalah kebaikan dan kejahatan lahiriah, karena setiap bejana membayangkan apa yang ada di dalamnya.

Apabila manusia mengenal hatinya, niscaya ia akan mengenal dirinya dan apabila ia mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhannya. Sebaliknya apabila manusia tidak mengenal hatinya, niscaya ia tidak mengenal dirinya. Dan apabila ia tidak mengenal dirinya, niscaya ia tidak mengenal Tuhannya.

Barang siapa tidak mengenal hatinya, niscaya lebih tidak mengenal yang lainnya, karena kebanyakan makhluk tidak mengenal hati dan diri mereka, atau dibatasi antara hati dan diri mereka. Allah sesungguhnya membatasi seseorang dengan hatinya. Dan cara membatasi itu ialah dengan menghalanginya dari mengenal sifat-sifat hati dan cara-cara perputarannya antara dua jari dari jari-jari kekuasan Allah Yang Maha Pengasih.

Dan hati itu kadang-kadang menurun, kebawah sejauh-jauhnya, merendah ke ufuk setan-setan. Dan kadang-kadang meninggi naik ke atas ke puncak ketinggian, meningkat ke alam malaikat yang dekat dengan Allah. Orang-orang yang tidak mengenal hatinya sendiri, untuk diteliti dan dijaga serta tidak digunakan untuk mengintip sesuatu dari perbendaharaan alam malakut (abstrak), ia termasuk dalam apa yang dimaksud Firman Allah Surat Al-Hasyar 19:

Artinya: ” Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah manjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”.

Nah, sahabat sekalian mengenal hati itu dan segala seluk beluknya sangat perlu bagi kita dan merupakan awal atau dasar ma’arifah kita kepada Allah serta merupakan pokok pangkal agama.

Saya percaya bahwa, keyakinan yang kita miliki sekarang pada dasarnya masi semu, kabur atau samar-samar dikarnakan adanya kabut yang menutupi diri kita untuk melihat hakikat kebenaran yang sebenarnya. Sehingga hal ini lah yang membuat kita tidak bersungguh-sungguh dalam agama, beramal, dan manjalankan perintah Allah. Sebab bagaimana mungkin timbul rasa sayang kita kepada Allah dan agamanya tanpa saling mengenal terlebih dahulu.

Faktor yang menghalangi pengenalan ini adalah dikarnakan seringnya kita menutupi diri dengan segala kesibukan, pergaulan yang membawa pada kemaksiatan dan perbuatan dosa, menyia-nyiakan waktu dengan kesenangan-kesenangan dunia. Yang tanpa kita sadari, karena itu semua kita telah lalai dari hakikat keberadaan kita yang sebenarnya, yang diberikan amanah oleh Allah untuk mengenal-Nya.

Kita tidak mempunyai rasa sensitif terhadap jeritan hati, bahkan mengabaikannya karena lebih mementingkan kesenangan dunia semata. Padahal hati itu menginginkan kasi sayang, perhatian dan cintanya Allah. Pendengaran kita tertutup terhadap bisikan kebenaran, mata kita buta terhadap tanda kekuasaan-Nya, dan kita tidak dapat melihat keberadaannya dari itu semua.

Sementara Allah tidak pernah tidur untuk memperhatikan kita, kasi sayang-Nya selalu ada untuk kita. Memberikan segala sesuatunya pada kehidupan ini, pernahkah kita merenungi bahwa kita sudah menyakiti hati-Nya.

Sahabat sekalian, beda halnya ketika kita sudah mengenal hakikat kebenaran itu, keyakinan dalam diri akan terpancar jelas, dan segala bentuk kesia-sian dunia tidak diperlukan lagi. Kita senantiasa akan menjaga diri untuk trus membina hubungan kasih sayang kepada Allah, bersandar kepada-Nya dan selalu rindu untuk bertemu dengan-Nya.

Sahabat sekalian, pengenalan diri kepada Allah adalah sebuah kemenangan yang patut dibanggakan, apabila kita mencapainya didunia ini dan merupakan simpanan kita untuk akhirat nanti. Maka bukalah pintu hati itu untuk menerima tanda-Nya dan lapangkanlah dadamu, sesungguhnya bila kita rindu kepada-Nya maka Dia lebih rindu lagi kepada kita. :)..

Jadi mari memulainya dengan mengenal hati itu..

Nah, sahabat yang ingin mencari cinta ini lah cinta yang sesungguhnya kekal dan abadi jika kita berusaha mempertahankannya. Bangkit lah hai remaja muslim dari kesia-sianmu itu, sesungguhnya Rabb mu sedang menunggumu. Mari bersama berdo’a semoga kita selalu diberi kemudahan dalam jalan ini, karena kelemahan kita sebagai manusia biasa tidak akan mampu berjalan lurus dengan kerikil yang kita tapaki, dan ranting-ranting kayu yang menghalangi. Maka bersabarlah Allah Maha Penyayang…


Minggu, 30 Agustus 2020

KEAJAIBAN HATI (Makna al-Nafsu, ar-Ruh, al-Qalbu, dan al-Aqlu)





Makna al-Nafsu, ar-Ruh, al-Qalbu, dan al-Aqlu


Penjelasan Qolbu,Ruh, Akal Dan Nafsu APA ITU HATI (QOLBU) ? Banyak orang memahami bahwa hati (qolbu) itu adalah segumpal daging dalam diri manusia. Pemahaman ini tidak salah karena didasarkan pada sabda Rosululloh Saw sebagai berikut : Artinya :

“… Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati (qolbu) “. (Riwayat Bukhori dan Muslim) Namun pemahaman ini adalah pemahaman yang sangat mendasar yang diajarkan oleh Rosululloh Saw kepada umatnya yang pada waktu itu masih kental dengan kejahiliyahan dan tidak mau menerima sesuatu yang sulit difahami secara akal.

Adapun maksudnya agar umatnya mudah mengerti dan tidak timbul banyak pertanyaan yang menjadikannya kembali kepada kemusyrikan dan kekufuran. Menurut penjelasan K.H. Zainal Abidin Bazul Ashab (Pimpinan Pondok Pesantren Az-Zainiyyah, Nagrog – Sukabumi) bahasa yang digunakan oleh Rosululloh Saw dalam hadits di atas merupakan kepiawaian komunikasi artinya yang dimaksudkan oleh beliau bukanlah hati yang berbentuk segumpal darah itu, akan tetapi tempat atau mahalnya berada tepat di bagian tersebut.

Qolbu adalah sebuah latifah/titik sensor/dimensi ketuhanan yang tidak mempunyai bentuk fisik sebagaimana difahami oleh sebagian kita. Untuk membuktikan bahwa qolbu itu bukanlah daging hati, kita bisa melihat dan menyaksikan seekor ayam atau kambing yang kita potong kemudian kita bedah perutnya maka kita akan menemukan pada hewan tersebut segumpal daging yang disebut daging hati, tapi pernahkah setelah kita cari kemudian kita temukan di dalam perut hewan yang sudah dibedah tersebut ada daging qolbu.

Kemudian kita pergi ke sebuah warung makan atau restoran lalu kita bertanya apakah disana ada sop daging hati atau goreng daging hati, maka pasti di salah satu warung makan atau restoran itu ada dan disediakan menu makanan dengan lauk sop atau goreng daging hati. Tapi coba kita tanyakan apakah disana ada sop atau goring daging qolbu, maka jawabannya pasti tidak ada karena qolbu tidak diperjualbelikan dan bukan untuk dimakan dan bukan pula berbentuk segumpal daging. Daging hati yang berbentuk segumpal daging itu dalam bahasa arab disebut “kabid” bukan qolbu. Adapun qolbu menurut Imam Al-Ghozali r.a adalah ruh, akal atau nafsu.

APA ITU RUH ?

Firman Alloh Swt dalam surah Al-Israa ayat 85 : Artinya : dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". Dalam kitab sirrurl asror karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dikemukakan sebagai berikut :

Makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Alloh Swt adalah ruh, ruh siapa? Ruh Muhammad Saw. Sebagaimana telah Alloh firmankan dalam hadits qudsi :

“Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya-Ku”. Ruh adalah hakikat Muhammad dan hakikat Muhammad disebut nur kenapa disebut nur ? karena bersih dari segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda beliau Saw :

“aku dari Alloh dan makhluk lain dari aku”. Dari ruh Muhammad inilah Alloh menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri asal setelah 4.000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad). Kemudian ruh-ruh tersebut diturunkan ke tempat yang terendah, dimasukkan kepada makhluk yang terendah, yaitu jasad. Jasad itu sendiri diciptakan Alloh dari bumi yang tersusun dari empat unsur (tanah, air, api dan angin).

Setelah diwujudkan jasad itu maka Alloh menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan sebagai barang titipan pastinya Alloh akan mengambil kembali titipannya itu. Ketahuilah ruh itu memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah ketika Alloh bertanya kepada semua ruh : “Alastu birobbikum?” (Bukankah Aku ini Tuhanmu sekalian?) Ruh-ruh menjawab : “Benar, Engkau adalah Tuhan kami”. (Al-‘A’raf 172). Tapi sayang banyak ruh yang lupa dengan perjanjian awalnya terhadap Alloh Swt, sehingga mereka terlena dan betah tinggal di dalam jasad sebagai tempat terendah bagi mereka. Ruh-ruh yang setia dan tetap memegang perjanjian awal pada hakikatnya mereka tetap berada pada negeri asalnya yaitu alam lahut meskipun badannya di bumi. Namun sangat sedikit orang yang sadar dan berkeinginan pulang atau kembali ke negeri asalnya.

Oleh karena itu Alloh melimpahkan kenabian kepada ruh agung Muhammad sebagai penunjuk jalan dari kesesatan mereka. Nabi mengajak mereka agar kembali dan sampai serta bertemu dengan Alloh Swt. Tapi sebagai manusia biasa Nabi memiliki keterbatasan waktu di dunia ini untuk menjalankan tugasnya tersebut, maka kemudian Alloh mewariskan tugas ini kepada para ulama yang sholih yang sudah mencapai kesucian ruh dan telah Alloh berikan bashiroh (pandangan yang jelas) kepadanya. Siapa mereka? Mereka adalah para wali Alloh. Para wali Alloh sebagai ahli bashiroh telah dibukakan mata hatinya untuk mengetahui jalan menuju Alloh, mereka itulah yang disebut ahli ruhani.

Ruh terbagi ke dalam 4 bagian :

(1) Ruh Al-Qudsi (ruh termurni), yaitu ruh yang berada di alam lahut atau alam ma’rifat atau alam tertinggi. Ruh ini adalah hakikat manusia yang disimpan di dalam lubuk hati. Keberadaannya akan diketahui dengan taubat dan talqin kalimat “Laa Ilaaha Illalloh”.

Ruh ini dinamakan oleh ahli Tashowuf sebagai bayi ma’nawi (thiflul ma’ani). Ruh inilah yang senantiasa akan mampu berhubungan dengan Alloh Swt sedangkan badan atau jasmani ini bukan mahromnya bagi Alloh. Ruh Al-Qudsi telah Alloh tempatkan di dalam rasa (sirri). Alatnya adalah ilmu hakikat, yaitu ilmu tauhid. Amalannya adalah mudawamah nama-nama Tauhid dengan lisan sir tanpa suara dan huruf. Siapapun tidak ada yang mampu melihat/menelitinya kecuali Alloh. Adapun keuntungannya yaitu keluarnya tiflul ma’ani, musyahadah serta terarah dan melihat kepada zat Alloh dalam keagungan-Nya dan dalam keindahan-Nya dengan penglihatan sirri.

(2) Ruh Sulthon, adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam jabarut. Tempat ruh ini adalah fuad (mata hati). Alatnya adalah ma’rifat dan amalannya adalah mudawamah asma Alloh dengan lisan dan hati (qolbu). Adapun keuntungan pengolahan dari ruh sultani adalah melihat pantulan “Jamalillah” (keindahan Alloh). Tempatnya adalah di sorga ketiga yaitu sorga firdaus.

(3) Ruh Sairani Rawani (ruh ruhani), adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam malakut. Tempatnya adalah hati (qolbu). Alatnya adalah mudawamah asma’ul bathin tanpa suara dan huruf, hasilnya adalah ma’rifat kepada Alloh Swt, ilmu bathin, memperoleh ketenangan did lam bergaul, hidupnya hati dan musyahadah di alam malakut (seperti menyaksikan sorga dan ahlinya dan malaikat-malaikatnya). Tempatnya di akhirat adalah sorga tingkat ke dua yaitu sorga na’im.

(4) Ruh Jismani, adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam mulki (alam terendah bagi ruh). Ruh jismani Alloh telah tempatkan di dalam jasad antara daging dan darah tepatnya di wilayah dada dan anggota badan yang zahir. Alat untuk mengolah ruh ini adalah syari’at, hasilnya adalah wilayah (pertolongan Alloh), mukasyafah (terbukanya hijab antara manusia dengan Alloh), dan musyahadah (merasa berhadap-hadapan dengan Alloh) begitupula karomatul kauniyah pada martabat kewalian seperti ; berjalan di atas air, terbang di udara, menyingkat jarak, mendengar dari jauh, melihat rahasia badan dsb. Keuntungan di akhirat akan ditempatkan di sorga ma’wa.

Setiap ruh itu mempunyai hanut (tempat) di daerah keberadaannya, dan bekal/alat pengolahannya dan keuntungan/hasil pengolahannya dan cara pengolahannya yang tidak pernah sia-sia yang diketahui secara tertutup (rahasia) maupun secara terbuka. oleh karena itu wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui cara mengolah dirinya, sebab apa yang dilakukan di muka bumi ini akan diminta pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat.

Tujuan utama didatangkannya manusia kea lam terendah adalah agar manusia berupaya kembali mendekatkan diri kepada Alloh dan mencapai darajat (kembalinya manusia ke tempat asalnya) dengan menggunakan hati (qolbu) dan jasad. Maka perlu ditanamkan bibit tauhid di lading hati agar tumbuh menjadi pohon tauhid yang akarnya tertanam di dalam rasa dan menghasilkan buah tauhid untuk mencapai ridho Alloh Swt. Syekh Abdul Qodir Al-Jailani menyebut ruh atau hakikat Muhammad itu adalah akal.

APA ITU AKAL ?

Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau kita berkata kepada orang lain “gunakan akalmu!” maka kita akan menunjuk dan mengarahkannya kepada kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya akal disana. Ketahuilah wahai saudaraku akal bukanlah otak, jadi letak keberadaannya bukan di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepa ini. Tapi meskipun demikian, fungsi dan gerakannya dapat dirasakan. Semoga Alloh senantiasa menjaga kita dari kesesatan, semoga kita diberikan pemahaman yang mendalam akan akal ini sehingga kita tahu sebenarnya akal itu apa. Sulit saudaraku untuk yakin dan beriman dengan menggunakan otak kita ini, otak ini selalu menuntut bukti nyata, alasan dan sebab yang benar menurutnya. Dengan selalu menggunakan otak dan menuntut segala sesuatunya harus rasional akhirnya kita tidak bisa beriman secara betul-betul akan tetapi malah bermain-main dalam keimanan. Seperti dalam melaksanakan sholat, perhatikanlah firman Alloh berikut :

Artinya : “dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sholat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”. (Al-Maaidah ayat 58) Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayat-ayat Alloh baik yang kauniyah maupun quraniyah. Tapi berfikir dengan akal tidak seperti berfikir dengan otak, berfikir dengan akal itu akan berujung dengan satu kesimpulan :

“robbana maa kholaqta hadza baathila” tidak ada sesuatu apapun yang Alloh telah ciptakan itu sia-sia. Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berfikir dengan baik dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan terus meningkat. Sekarang kita buktikan bahwa akal bukanlah otak, pernahkah anda makan goring atau pepes ikan mas ? ketika kita makan dibagian kepalanya akan terdapat yang disebut otak ikan. Tapi sekarang adakah di kepala ikan itu akal, maka pasti tidak ada karena akal bukan di kepala dan akal bukan otak. Kalau akal diartikan otak seperti yang ada di kepala ikan maka berarti ikan juga punya akal.

Jadi jelas bahwa akal bukanlah otak dan otak bukanlah akal. Akal itu adalah qolbu, sebagaimana Alloh firmankan dalam surah Qoof ayat 37 :

Artinya : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya”. Dalam ayat di atas Alloh menggunakan kata qolbun untuk menyatakan akal.

APA ITU NAFSU ?

Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at badaniyah/biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Nafsu itu pula adalah ruh sebagaimana dimaksud dalam firman Alloh surah At-Takwir ayat 7 : Artinya : “dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)”. Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh. Adapun nafsu memiliki tingkatan-tingkatan. Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 tingkatan yang dikenal dengan istilah “marotibun nafsi” yaitu terdiri dari :

(1) Nafsu Amaroh Nafsu amaroh tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

1. Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit 2.

Al-Hirsh artinya tamak atau rakus 3.

Al-Hasad artinya hasud 4. Al-Jahl artinya bodoh 5.

Al-Kibr artinya sombong 6.

Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi

(2) Nafsu Lawwamah Nafsu lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati, tepatnya dua jari di bawah susu kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

1. Al-Laum artinya mencela

2. Al-Hawa artinya bersenang-senang

3. Al-Makr artinya menipu

4. Al-Ujb artinya bangga diri

5. Al-Ghibah artinya mengupat

6. Ar-Riya’ artinya pamer amal

7. Az-Zulm artinya zalim

8. Al-Kidzb artinya dusta

9. Al-ghoflah artinya lupa (3) Nafsu Mulhimah Nafsu mulhimah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya dua jari di bawah susu kanan. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

1. As-Sakhowah artinya murah hati

2. Al-Qona’ah artinya merasa cukup

3. Al-Hilm artinya murah hati

4. At-Tawadhu’ artinya rendah hati

5. At-Taubat artinya taubat atau kembali kepada Alloh

6. As-Shobr artinya sabar

7. At-Tahammul artinya bertanggung jawab

(4) Nafsu Muthmainnah Nafsu muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” artinya rahasia, tepatnya dua jari dari samping susu kiri kea rah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

1. Al-Juud artinya dermawan

2. At-tawakkul artinya berserah diri

3. Al-Ibadah artinya ibadah

4. Asy-Syukr artinya syukur atau berterima kasih

5. Ar-Ridho artinya rido

6. Al-Khosyah artinya takut akan melanggar larangan

(5) Nafsu Rodhiyah Nafsu rhodiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr” artinya sangat rahasia, tepatnya di jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

1. Al-Karom artinya

2. Az-Zuhd artinya zuhud atau meninggalkan keduniawian

3. Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih

4. Al-Waro’ artinya meninggalkan syubhat

5. Ar-Riyadhoh artinya latihan diri

6. Al-Wafa’ artinya tepat janji

(6) Nafsu Mardhiyah Nafsu mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya samar, tepatnya dua jari dari samping susu kanan ke tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

1. Husnul Khuluq artinya baik akhlak

2. Tarku maa siwalloh artinya meninggalkan selain Alloh

3. Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada makhluk

4. Hamluhum ‘ala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan

5. Shofhu ‘an dzunubihim artinya mema’afkan kesalahan makhluk

6. Al-Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim ila anwari arwahihim artinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.

(7) Nafsu Kamilah Nafsu kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya sangat samar, tepatnya di tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

1. Ilmu Al’Yaqiin

2. Ainul Yaqiin

3. Haqqul Yaqiin

QOLBU = RUH = AKAL = NAFSU

Kenapa dikatakan demikian, karena memang benar seperti itu adanya. Mari kita lihat bersama apabila ada di hadapan kita sosok mayat. Apabila saya tanyakan, mayat ini sudah tidak ada apanya :

qolbunya, ruhnya, akalnya atau nafsunya. maka pasti jawabannya : “semuanya”. Tidak salah apabila ada yang mengatakan qolbunya yang tidak ada, karena ketika seseorang meninggal maka qolbunya yang selalu menjadi sumber perasa ketika masih hidup seperti ; sedih, senang, tentram, menyesal, marah maka setelah meninggal perasaan di mayat itu hilang, dia tidak merasakan apa-apa lagi. Tidak salah juga kalau orang berkata ruhnya yang tidak ada, karena ruh adalah nyawa bagi mayat itu.

Setelah ruhnya tidak ada maka mayat itu tidak bernyawa lagi, tidak bernafas lagi tidak berdetak lagi jantungnya serta nadinyapun tidak berdenyut lagi. Apabila ada yang mengatakan akalnya yang tidak ada, maka ini juga betul karena setelah meninggalnya seseorang maka mayat orang tersebut tidak akan berfikir lagi dan tidak akan faham lagi dengan ilmu-ilmu yang dulu pernah dipelajarinya selagi hidup. Terakhir jika dikatakan yang tidak ada itu nafsunya, maka ini pun betul.

Karena nafsu itu adalah unsur dalam jiwa orang yang masih hidup yang memiliki keinginan-keinginan baik maupun buruk. Dengan demikian setelah menjadi mayat maka tidak ada lagi pada mayat itu nafsunya sehingga dia tidak memiliki keinginan apapun. Sekarang dapat kita simpulkan kalau semua jawaban tersebut adalah benar, maka berarti keempat nama yang berbeda itu adalah satu, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Imam Al-Ghozali r.a : qolbu, ruh, akal dan nafsu itu adalah satu. (syai’un wahidun).

IMAM AL-GHAJALI

TENTARA HATI

Tentara Hati Pasukan Tentara Hati Allah SWT. Berfirman, “Tak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia (Allah) sendiri.” [QS Al-Mudd...